Friday, October 13, 2006

"Hampir setahun!"

Benar sekali kalau banyak orang mengatakan bahwa waktu tidak berjalan. Waktu memang tidak berjalan, tapi … terbang. pagi ini, saat alunan musik terdengar lirih memenuhi kubus-kubus yang mulai ditinggalkan penghuninya, saya kembali teringat sesuatu.

Rasanya baru kemarin pagi yang biru itu datang. januari, seperti lagu yang kondang lewat Glenn Friedly rasanya tak tepat dijadikan latar untuk bulan pembuka tahun ini

Sedih? Jangan ditanya. Hampir satu tahun buat saya bukan waktu yang pendek. Jadi, ketakutan akan sesuatu yang buruk sempat hinggap dalam pikiran saya.
Tadinya saya pikir, setelah jalinan kisah kami usai, antusiasme saya pada pacaran akan berkurang. Nyatanya tidak. Rasa cinta saya itu masih saja tetap.

Tadinya saya pikir mendengarkan Coldplay membuat hati saya disayat sembilu. Ah, nyatanya tidak. Hari ini saya singgah ke toko kaset di sebuah Mal dekat kantor. Membeli album terbaru mereka, X&Y, dan tak sabar mendengarkan suara merdu Chris Martin.

Tadinya saya pikir bertemu lagi dengannya akan membuat hari-hari saya kembali berwarna...
Tadinya saya pikir mendengarnya telah menemukan tambatan hati yang baru akan membuat hati saya retak, dan akhirnya tinggal serpihan-serpihan kecil. Nyatanya tidak.
Malam di mana ia bercerita tentang perempuan manis yang saat ini mengisi hatinya ternyata tidak menjadi malam yang sangat berat.

Tadinya saya pikir, hidup saya akan berhenti dan saya akan terisak terus menerus begitu saya melihat kepingan-kepingan memori; kemeja kotak-kotak, t-shirt putih dipadu dengan jeans, toko buku, kost-kost an itu, bunga matahari kering…. dan penanda yang lain. Untunglah tidak. Karena saya tahu, hidup saya tak akan berhenti.

dia memang sempat menjadi pusat kenyamanan. Tapi ada hidup selain dia. Deadline yang harus dipenuhi, kesalahan penayangan, membuat janji temu dengan klien, bertemu sahabat setelah jam kantor.

Ada hidup selain dia. Tagihan telepon seluler yang harus dibayar, langganan koran dan majalah yang mesti dilunasi, dana untuk taksi dan angkutan umum untuk ke sana dan ke mari, uang cuci untuk si mbak, sekian persen dari gaji untuk ditabung.

Ada hidup selain dia. Perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Wajah-wajah baru. Langit biru. Pasir putih. Ada keluarga dan sahabat.

Ya… ada hidup selain dia. Pasti. Dan, malam ini saya tersenyum. Saya telah melalui hari demi hari setelah pagi biru, di januari itu … tanpa harus mematahkan hati.

No comments: