Ransel hitam menunggu di sudut. Isinya beraneka ragam; bekal perjalanan ke dunia mimpi. Sebatang coklat untuk bekal di jalan, topi pelindung kepala dari udara dingin, sebotol air mineral dalam botol kecil, apel merah. mmm… apalagi ya? Oh ya, sayap, hampir saja tertinggal. Sayap membantu saya terbang, tinggi, melintas awan….
Beberapa hari yang lalu sepucuk surat undangan dalam amplop putih bersih datang ke meja kerja, saat saya sedang terpaku di depan komputer; melukis seraut wajah dengan sebentuk senyum; dan membayangkan apa yang dilakukannya sekarang. Seekor merpati terbang mendekat, kepakan sayapnya meninggalkan harum semerbak, merpati cantik itu menjatuhkan amplop di dekat jambangan bunga matahari. Setelah menatap saya dengan binar mata yang lembut, merpati terbang kembali… menunaikan tugasnya mengantar undangan ke dunia mimpi untuk yang lain.
Ada nama saya di amplop itu, lengkap dengan hari dan tanggal serta jam keberangkatan. Ajaib; pikir saya. Undangan untuk berkunjung ke mimpinya… dia yang sedang memenuhi ruang kecil di benak saya, dia yang bayangnya menari kala merpati datang mendekat, laki-laki dengan semburat senja yang tak pernah kering.
Dan saya pergi… menuju dunia mimpi, memenuhi undangannya. Terbang dengan kecepatan penuh, menembus pekatnya malam. Tibalah saya di pintu gerbang dunia mimpi. Setelah menyerahkan amplop putih bersih, seorang petugas mimpi mendampingi saya.
“Mari… lewat jalan ini,” wajah petugas mimpi memancarkan rona kebaikan menunjuk ke lorong panjang dengan lentera di sisi kanan dan kiri. Ucapannya lembut, senyum tak pernah tanggal dari parasnya yang tenang. Sebelum masuk ke pintu mimpi, selembar kertas disodorkan pada saya.
“Aku ingin dia hadir disini. Gadis yang selalu mencintai senja dengan binar mata yang hidup. Saat dia menceritakan mimpinya ada sejuta asa disana; dia sumur kebahagiaan. Gelak tawanya sumber kekuatan. Saat-saat bersamanya adalah kepingan masa yang selalu menarik untuk diputar kembali.”
Deretan kata-kata itu yang membuat saya sampai kemari. yang menggerakkan merpati datang menjatuhkan sepucuk amplop putih bersih. yang menghadirkan sayap dan mengantarkan saya terbang tinggi… melintas awan.
“Saat manusia mengucap dalam harap, dengan keyakinan yang membalut, kami akan mencatatnya, mempertimbangkan, hingga akhirnya mengundang apa yang dikehendaki si pengucap ke dunia mimpinya. dan laki-laki itu mengucap dengan penuh harap, membalutnya dengan keyakinan, hingga kami merasa perlu mengundangmu mengunjungi mimpinya,” ucap petugas mimpi seraya meraih tangan saya.
Kaki saya melangkah pelan, menuju mimpinya. dalam kabut tipis saya melihatnya terbaring, nafasnya teratur, tidur yang damai…. ada segumpal haru dalam dada, tahukah ia saya merindukannya dalam diam.
Saya mendekat, mengusap anak rambutnya dengan pelan. “Apa kabar sayang”. Mencium harumnya melempar saya ke nuansa merah jambu… selaksa kebahagiaan bersemayam disana. Nuansa merah jambu yang malam itu dihadirkan kembali. Kami bersisian di rembang petang, melihat angin memainkan anak rambutnya. membicarakan banyak hal, dia tertawa, saya tergelak. Sesekali saya memeluknya dari belakang… Yang pasti sepanjang mimpi, kelingking kami bertautan.
Petugas mimpi memberi tanda; waktu hampir habis. betapa waktu seperti roda yang putarannya begitu cepat saat disampingnya.
aku pergi. baik-baik disini
dia mengangguk.
Setelah meninggalkan kecup hangat di kedua lengkung alisnya, kaitan di jari kelingking kami melonggar.
Saya terus memandangi pintu mimpinya… melihatnya tertidur dengan helaan nafas yang teratur. terus memandangi pintu mimpinya hingga jarak menjauh dan pintu mimpi itu mengecil. Petugas mimpi mengantarkan saya hingga tepat di depan pintu gerbang dunia mimpi.
“Sampaikan padanya saya begitu menyayanginya, tolong saat harapannya terucap, kalian sudi mencatatnya, dan kirim kembali merpati ke meja saya, saya akan datang lagi ke mimpinya,” tutur saya pada petugas mimpi sebelum beranjak dari pintu gerbang dunia mimpi. Petugas mimpi tersenyum. cahaya di matanya menandakan ia merekam permohononan saya.
Bukan tak mungkin. saat fajar merekah, dia… dengan latar langit sore selekas hujan terbangun dan mendapati harum saya masih tertinggal disana.
Satu undangan untuk sebuah perjalanan mimpi yang ranum telah saya lewati. pendar keemasan yang terpancar dari tubuhnya masih melekat saat saya kembali ke bumi. harum yang saya curi juga tertinggal disini. meski hanya sesaat, berjalan bersisian bersamanya dalam mimpi membiaskan rasa nyaman di hati.
saat kalian dipenuhi perasaan rindu. ucapkanlah dalam harap dan balutlah dengan keyakinan. Petugas mimpi akan mencatatnya; mengirim merpati ke orang-orang yang kalian inginkan untuk hadir; dan tunggu… sayap dari petugas mimpi akan membantu mereka terbang, melintasi samudera, menerobos ruang dan waktu, menjumpai kalian dalam satu mimpi yang indah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment