Tuesday, May 23, 2006

LovE Takes TimE


Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai
macam benda-benda abstrak: ada Cinta,
Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan
sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan
baik. Namun suatu ketika, datang badai
menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba
naik dan akan menenggelamkan pulau itu.

Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha
menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan
sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai
perahu.

Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari
pertolongan. Sementara itu air makin naik
membasahi kaki Cinta.

Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang
mengayuh perahu.

"Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!" teriak Cinta.

"Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "perahuku
telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat
membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam.

Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku
ini." Lalu Kakayaan cepat-cepat mengayuh
perahunya pergi.

Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya
Kegembiraan lewat dengan perahunya.

"Kegembiraan! Tolong aku!", teriak Cinta. Namun
Kegembiraan terlalu gembira karena ia
menemukan perahu sehingga ia tak mendengar
teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke
pinggang dan Cinta semakin panik.

Tak lama lewatlah Kecantikan.

"Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!", teriak
Cinta.

"Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa
membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku
yang indah ini." sahut Kecantikan. Cinta sedih
sekali mendengarnya.

Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah
Kesedihan.

"Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata
Cinta.

"Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin
sendirian saja..." kata Kesedihan sambil terus
mengayuh perahunya.

Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan
akan menenggelamkannya.

Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar
suara, "Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!"

Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat
seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta
naik ke perahu itu, tepat sebelum air
menenggelamkannya. Di pulau terdekat, orang tua
itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi.

Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama
sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang
menyelamatkannya itu. Cinta segera
menanyakannya kepada seorang penduduk tua di
pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.

"Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu." kata
orang itu.

"Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak
mengenalnya. Bahkan teman-teman yang
mengenalku pun enggan menolongku" tanya Cinta
heran.

"Sebab," kata orang itu, "hanya Waktu lah yang
tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu ..."

No comments: