Tuesday, May 09, 2006

Lidah berCabang Dua..?


Duh.. rasanya sungguh tidak enak apabila makan dalam kondisi sariawan begini. Apapun yang kita makan rasanya pahit. Padahal makanan yang aku makan ini kandungan gulanya lumayan banyak. Mulutku menolak, tapi sendok yang kusodorkan di lidahku tetap saja tak merasakan rasa pahit yang dirasa oleh lidahku. Kenapa sendok dan lidahku tidak kompak? Bisa jadi karena sendok itu tak memiliki sifat rasa yang menyelimuti badannya.

Lidah adalah daging yang tak bertulang yang terdapat di dalam rongga mulut baik manusia maupun hewan. Fungsi lidah ini adalah sebagai indera pengecap rasa, untuk manusia bahkan lidah adalah sebagai media untuk berkomunikasi.

-o0o-

Menunggu dokter yang akan memeriksa sakit sariawanku, membuat aku akrab dengan lidahku sendiri. Dimana posisinya rasa manis yang ditimpa rasa sakit, dimana letaknya rasa asam yang ditimpa rasa pedih dan dimana lokasi rasa pahit ditimpa rasa sakit.

Menurut dokter yang memeriksa sakitku, katanya lidah itu tersusun dari otot-otot dan dipemukaannya dilapisi lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjer lendir. Selain itu terdapat reseptor pengecap berupa kuncup. Kuncup pengecap dapat membedakan empat macam rasa yaitu rasa manis, pahit, asam dan asin. Kuncup rasa manis lebih banyak terdapat di ujung lidah, kuncup rasa asam lebih banyak terdapat di tepi depan kiri kanan lidah, kuncup rasa asin banyak terdapat di tepi belakang kiri kanan lidah dan kuncup rasa pahit banyak terdapat di pangkal lidah. Oleh karena itu, rasa pahit obat selalu terasa di pangkal lidah.

Didalam rongga mulut itu lidah dijaga dengan ketat oleh dua barisan gigi, baik di rahang atas maupun rahang bawah. Keberadaan gigi ini adalah bahasa isyarat Sang Pencipta untuk menjaga sang lidah agar menjaganya dari apa-apa yang akan diucapkannya. Keberadaan lidah sering kali di selaraskan dengan keberadaan hati, bahkan ada pepatah yang mengungkapkan “Jika pedang melukai tubuh ada harapan akan sembuh, jika lidah melukai hati kemana obat akan dicari?”.

Tak terbayangkan dengan satu lidah ini saja sudah melukai hati saudara atau rekan kita, bagaimana apabila kita dikarunia lidah yang bercabang dua layaknya ular?

Melalui lidah, kita bisa segera tahu dan bisa merasakan apa-apa yang masuk di dalam rongga mulut kita, demikian pula di dalam kehidupan ini kita akan tahu tentang asam-garam kehidupan, membuat Kita menjadi tegar sekaligus memahami makna apa yang telah jiwa kita cerap.

Andai kita pernah mendapatkan pelajaran spiritual dan reliji, yang terlupakan saat kini. Mungkin anda akan tahu jalur mana yang bisa ditempuh untuk mengingatnya kembali. Semestinya bisa, sebisa lidah kita membedakan mana rasa nasi diantara rasa burger. Kitakan bukan sendok yang mati rasa, sehingga tentunya kita bisa kembali lagi mencari jalur menuju Sang Pencipta yang terlupa.

Mulut menganga sekian lama, cukup capek juga rasanya, syukur Dokter menyatakan bahwa sakitku tak terlalu serius, hanya akibat kurang vitamin dan efek radang tenggorokan saja. Selebihnya aku disuruh menebus tiga jenis obat diantaranya obat oles.

1 comment:

O'O said...

lucu banget sih kamu disini. kapan tuh difotonya ndut?